Tuesday, June 18, 2013

Sumber daya alam yang terlupakan dari Indonesia


Sumber Daya Alam Yang  Terlupakan Dari Indonesia
Pendahuluan
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman[1]
            Lirik lagu Koes Plus diatas seakan merepresentasikan cerminan betapa besarnya potensi kekayaan alam bangsa indonesia.
            Indonesia adalah sebuah negara dengan kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia yang juga memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang dan lain sebagainya.[2]

            Indonesia disebut sebagai negara mega biodiversity[3]karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Sejarah geologi dan topografi Indonesia juga mendukung kekayaan dan kekhasan hayatinya. Misalnya, letak Indonesia dalam lintasan distribusi keanegaragaman benua Asia, benua Australia dan peralihan Wallacea, adanya variasi iklim bagian barat yang lembab dan bagian timur yang kering sehingga mempengaruhi pembentukan ekosistem dan distribusi binatang dan tumbuhan di dalamnya sehingga hal ini harus di lestarikan demi terjaganya sumber kekayaan bumi yang tidak pernah ternilai ini. Tetapi berdasar data Departemen Kehutanan pada tahun 2003, luas hutan Indonesia adalah 120,35 juta hektar dan yang mengalami kerusakan sudah mencapai 43 juta hektar. Sedangkan data dari Badan Pangan Dunia (FAO) tahun 2006, hutan Indonesia hilang 1,87 juta hektar per tahun dan diprediksi hutan di Indonesia hanya tinggal 88 juta hektar sehingga pada tahun 2007 Indonesia mendapat `anugerah` sebagai negara penghancur tercepat hutan oleh Guinnes World Record.[4]
            Bangsa ini teramat kaya, bayangkan saja setelah sekian lama Belanda menguasai dan menjarah hasil kekayaan bangsa indonesia, di susul dengan Jepang kemudian saat ini “Penjajahan Modern” yang dilakukan perusahaan negara-negara asing yang banyak mengeksplorasi dan menguasai kekayaan Alam Indonesia.
            Tetapi hebatnya kekayaan Bangsa kita masih terlampau banyak untuk di”kuras” oleh para menir-menir tersebut, tetapi  ironisnya kekayaan bangsa ini tidak seiring dengan kesejahteraan penduduknya yang mencapai 245 juta jiwa.
            Kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita luhur Bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang Undang Dasar ‘45, agakya masih terlalu jauh dari harapan.[5] Ketika kita melihat kondisi Indonesia saat ini yang dipenuhi dengan berbagai macam persoalan yang notabene “masyarakat kecil” lah yang merasakan langsung dampak dari persoalan-persoalan tersebut. seperti persoalan kemiskinan, sempitnya lapangan pekerjaan, korupsi, krisis kepemimpinan, ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, bencana alam dan lain sebagainya.[6]
Pembahasan
A.    Pemberdayaan Potensi Alam Yang Melimpah
Kelapa Sawit[7]
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling tinggi produktivitasnya. Di Indonesia perkebunan kelapa sawit pertama kali dibuka tahun 1911 di Sumatera Utara.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyakmakanmargarin,sabun,kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawitdapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, danlilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
Areal kelapa sawit Indonesia terus meningkat, sehinga dewasa ini mencapai kurang lebih 3 juta hektar. Perkebunan kelapa sawit sangat menarik bagi para investor, karena Indonesia mempunyai keunggulan komparatif ketimbang negara-negara penghasil lain. Lahan dengan iklim yang sesuai cukup tersedia. Demikian juga halnya dengan tenaga kerja.
Sekitar 3,7 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit.perkebunan kelapa sawit juga mempunyai peranan penting bagi pendapatan masyarakat dan juga mendorong pengembangan wilayah, karena lebih dari 3,7 juta kepala keluarga terserap dalam industri dan perkebunan kelapa sawit.[8]
Selama 2012 lalu, negara memeroleh Rp28,3 triliun dari pajak ekspor atau bea keluar, hasil perkebunan kelapa sawit, sehingga sangat mendukung industri dalam negeri. Namun untuk pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit, Indonesia saat ini masih kekurangan sekitar 80 juta batang bibit kelapa sawit. Meski dinilai sudah cukup aman, kemampuan produksi bibit kelapa sawit unggul dalam negeri masih kurang.
a.      Perkebunan Karet[9]
Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih jajahan belanda. Di tahun 1876 Kew Botanical Garden juga mengirimkan 18 buah biji karet ke pemerintahan kolonial India Belanda (sekarang Indonesia) namun demikian hanya dua buah biji yang berhasil tetap segar selama diperjalanan. Dua biji ini kemudian ditanam di Cultuurtuin Bogor sebagai koleksi dan menjadi pohon karet tertua di Indonesia.  Dari tanaman koleksi, karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau karet rembung. Jenis karet Havea brasiliensis baru ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906.
Pada awalnya, penanaman Hevea di Indonesia kurang mendapat respon positif karena masyarakat telah lebih dahulu mengenal pohon lokal yang juga menghasilkan getah yaitu Fiscus elastica. Pohon berdaun lebar dan bersinar ini merupakan pohon favorit masyarakat Belanda. Selain itu juga pemerintah Belanda lebih menyukai menanam pohon karet jenis Manihot glaziovii yang tumbuh dengan baik di propinsi dengan iklim kering di Brasil yaitu Ceara dan Castiloa elastica yang aslinya berasal dari Mexico dengan anggapan bahwa pohon karet Hevea hanya mampu tumbuh didaerah dengan kelembaban tinggi. Tahun 1889, Pemerintah Belanda membuka perkebunan karet di daerah Pamanukan dan Ciasemlanden, Jawa Barat dengan karet yang ditanam jenis Fiscus elastica. Perkebunan ini dianggap sebagai perkebunan karet tertua di dunia. Hasil dari perkebunan kurang memuaskan karena produktivitas lateks rendah dan tanaman mudah terserang hama dan penyakit.
Pemerintah Belanda terus mengadakan perbaikan, mereka mulai mencari daerah di Indonesia yang cocok untuk ditanami karet jenis Hevea. Penamanan karet hevea komersial di Indonesia diawali pada tahun 1902 di Sumatera dan dilanjutkan di Jawa pada tahun 1906.
Perkebunan karet rakyat di Indonesia juga berkembang seiring dengan naiknya permintaan karet dunia dan kenaikkan harga. Hal-hal lain yang ikut menunjang dibukanya perkebunan karet antara lain karena pemeliharaan tanaman karet relatif mudah. Pada masa itu, penduduk umumnya membudidayakan karet sambil menanam padi. Jika tanah yang diolah kurang subur, mereka pindah mencari lahan baru. Namun, mereka tetap memantau pertumbuhan karet yang telah ditanam secara berkala hingga dapat dipanen.[10]
Bagi Indonesia sendiri, tanaman karet memberi pengaruh besar terhadap perekonomian baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun sumber devisa. Terbukti pada tahun 1958 uang kertas Rp. 100.00 tercantum gambar tanaman karet yang disadap.
Hal tersebut menunjukkan bahwa karet memang sangat dihargai pada saat itu. Saat ini, meskipun relatif kurang berkembang dibanding komoditi lain terutama kelapa sawit, karet tetap memberi kontribusi signifikan dari sektor perkebunan.
Namun Krisis global mengakibatkan kinerja sub sektor perkebunan di Sumatera Selatan terus melambat sejak akhir 2008 hingga awal 2009. Hal itu terjadi karena petani komoditi karet mengalami penurunan daya beli akibat pendapatan yang berkurang tajam.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diungkap dalam Diskusi Pertumbuhan Ekonomi Sumsel 2008-2009 di Palembang, kinerja sektor pertanian saat ini menurun tajam hingga minus 20,5 persen. Ketua Kelompok Tani Karet Desa Sembawa III , Banyuasin, mengatakan saat ini harga beli getah karet rakyat masih Rp 3.000-3.500 per kilogram. Harga jual serendah ini bertahan hampir empat bulan.
B.    Management (Penjualan Yang Profesional Kekayaan Alam)
Indonesia memiliki manajemen sendiri dalam mengelola penjualan sumber daya alamnya, dengan teknologi yang dimiliki otomatis ada sisi unggul dan ada sisi kekurangannya dibandingkan dengan manajemen penjualan milik negara-negara lain.
Dalam perkebunan kelapa sawit dengan beruntungnya letak strategis Negara Indonesia menyebabkan mutu minyak kelapa sawit bervariatif.Sebagai komoditi yang bebas diperdagangkan di pasar internasional, perdagangan minyak sawit Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal yang berimplikasi pada produksi dan perdagangan minyak sawit Indonesia. Ekspor minyak sawit Indonesia umumnya ditujukan untuk pasar ekspor Eropa. Maka sedikit masalah pada minyak sawit Indonesia akan mengancam kelangsungan ekspor minyak sawit . Disamping itu adanya peluang - peluang yang ada karena masih banyaknya lahan potensial dan strategi pemasaran yang tepat khususnya dalam menjual minyak kelapa sawit merupakan masalah yang cukup dipecahkan dalam rangka mengembalikan kepercayaan dunia terhadap mutu minyak sawit Indonesia serta rangka memenangkan persaingan ekspor minyak sawit dan selain terhadap produsen minyak nabati lainnya yang merupakan substistusi minyak sawit.[11]
Secara internal penjualan di Kantor Pemasaran Bersama, menjelang awal tahun 2000 nilai penjualan dengan mekanisme tender menciut drastis. Menurut pelaku pasar, diperkirakan karena adanya penjualan langsung dari pihak produsen kepada procesor, tanpa mekanisme tender . Mekanisme ini dikhawatirkan akan merusak mekanisme tender yang sedang digalakkan. Disamping itu kondisi politik yang sedang tidak begitu menguntungkan perekonomian menyebabkan para procesor lebih cenderung untuk berhati-hati dalam melakukan pengadaan stok CPO. Namun pihak PTP yang diwakili KPB tetap menyelengarakan tender karena cukup diakui akan mampu mendapatkan harga terbaik.
Kantor Pemasaran Bersama KPB merupakan suatu organisasi yang memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di seluruh Indonesia. Minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil, CPO, merupakan salah satu produk yang ditangani oleh KPB khususnya Divisi Penjualan Kelapa Sawit. Mekanisme tender merupakan salah satu metoda penjualan yang terdapat di Divisi Kelapa Sawit selain dari metoda - metoda lainnya seperti free sale dan Long Term Contract.
Dalam bidang perkebunan karet lndonesia menghadapi persaingan yang ketat dengan negara produsen lainnya namun ekspor dari subsektor perkebunan setiap tahunnya meningkat. Salah satu yang merupakan komoditi perkebunan yang dinilai cukup penting mampu mendukung bagi perekonomian adalah karet alam yang diusahakan oleh beberapa PT.Perkebunan Nusantara dan dipasarkan oleh Kantor Pemasaran Bersama. Beberapa industri tertentu memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti radial, walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar yaitu dua kali komponen karet sintetis. Pada saat ini harga karet di pasaran sangat didominasi dan ditentukan oleh negara konsumen karet, sedangkan lndonesia sebagai negara penghasil karet alam kedua setelah Thailand hingga saat ini masih belum dapat menjadi negara penentu harga. Selain itu harga karet alam lndonesia di pasaran rendah. Masalah lain yang sangat penting adalah persaingan pasar karet yang semakin berat dimana persaingan bukan hanya terbatas pada persaingan antara produsen karet alam tetapi juga produsen karet sintetis. Masalah-masalah diatas merupakan tantangan bagi industri karet alam lndonesia khususnya bagi PT. Perkebunan Nusantara yang. merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) perkebunan melalui Kantor Pemasaran Bersama untuk dapat bersaing melalui strategi pemasaran yang tepat dengan tujuan akhir mendapatkan devisa bagi negara.[12]
Berdasarkan hasil analisis bisnis matriks BCG, maka diketahui bahwa bisnis karet alam di KPB dalam kondisi question mark. Artinya menunjukkan bahwa bisnis karet alam perusahaan beroperasi pada pasar yang pertumbuhannya tinggi, namun pangsa pasamya relatif rendah. Sehingga, strategi yang sebaiknya diintegrasikan adalah strategi pengembangan pangsa pasar, karena pengembangan bisnis karet alam akan diarahkan menuju posisi star yang mana karet alam di KPB menjadi market leader di indutrinya. Strategi bauran pemasaran yang dihasilkan dari keempat alternatif strategi tersebut adalah:a. Strategi produk; berusaha meningkatkan pengawasan akan kualitas karet alam, meningkatkan inovasi dan diferensiasi produk yang selama ini jarang mengalami perubahan oleh teknologi.b. Strategi harga; melakukan penyesuaian harga yang bersaing tanpa tergantung dengan kebijakan pemerintah dan birokrasi.c. Strategi distribusi; dengan memperluas jalur distribusi dipasar ekspor, terutama negara yang dapat menjadi peluang pasar yang besar. d. Strategi promosi; Strategi promosi yang dilakukan meliputi penanaman branch image terhadap konsumen mengenai kualitas produk yang terbaik serta keunggulan yang hanya dimiliki oleh PTPN.[13]

C.    Lahan Yang Digunakan Dan Penerapan Teknologi Pangan
Sudah selayaknya kita mengetahui dengan kasat mata akan betapa kaya dan luasnya lahan yang digunakan untuk mengelola sumber daya alam Indonesia. Namun apa yang kita rasakan saat ini tidak sesuai dengan kondisi yang ada, menurut data badan statistik Indonesia bahwa angka kemiskinan akan terus meningkat, ibarat pepatah mengatakan : “ayam mati di lumbung padi”.
Dan kita harus menyadari, bahwa kejayaan Bangsa ini kuncinya berada di laut. Bung Karno pernah mengatakan bahwa integral dengan Revolusi Indonesia adalah mengupayakan agar tanah dikuasai dan dimiliki oleh mereka yang benar-benar menggarapnya, mereka yang benar-benar menggantungkan hidup sepenuhnya pada tanah itu. Kaum tanilah yang dimaksud oleh Bung Karno, maka ia menyerukan: “Tanah untuk Tani!” Jika ini diterapkan pada konteks kebaharian, maka seruan tadi bolehlah kiranya dimodifikasi menjadi ‘Ikan untuk Nelayan.’[14]
Untuk lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada awalnya berjalan secara lancar dan tertib, akan tetapi setelah berjalannya waktu dan para pengusaha kelapa sawit mengetahui akan menjanjikannya bisnis ini maka timbullah hal – hal kontroversial dalam perluasan lahan perkebunan kelapa sawit.Namun beberapa kelompok organisasi masyarakat sipil Indonesia yang mengingatkan bahwa dengan perluasan komoditas kelapa sawit tersebut akan semakin memiskinkan komunitas-komunitas setempat dan merusak lebih banyak hutan dan tentunya merusak lingkungan. Walaupun ada kerusakan hutan yang di akibatkan oleh masyarakat.
Kontroversi tentang perluasan lahan kelapa sawit tersebut terus menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Dan sikap pemerintah yang tetap berkeinginan mempertahankan perluasan perkebunan kelapa sawit dengan berbagai alasan yang diantaranya kelapa sawit dinilai sebagai sumber devisa Negara yang penting dan berkontribusi tinggi terhadap eksport non migas.
Keinginan pemerintah ini dipertegas dengan mengaitkan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan Program Revitalisasi Perkebunan terutama di kawasan perbatasan dengan alasan keamanan,mengatasi Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri,mengurangi kemiskinan,pembangunan daerah dan upaya menghentikan penebangan ilegal dan penyelundupan kayu.sehingga terlihat seolah-olah kebijakan pemerintah tersebut terlihat berpihak kepada kepentingan-kepentingan perusahaan besar/asing. Padahal dalam UU 18 tahun 2004 Tentang Perkebunan dalam pasal 22 tentang Kemitraan sudah jelas dinyatakan bahwa setiap Perusahaan menjalin kerjasama Kemitraan dengan masyarakat sekitarnya.[15]
Akibat negatif yang terjadi dapat berupa konflik atas tanah yang menentang pembelian lahan, mengingkari atas hak-hak, menghilangkan atas mata pencaharian masyarakat asli, pembabatan hutan, kebakaran hutan, polusi. Kekwatiran tersebut cukup beralasan apalagi perluasan perkebunan kelapa sawit ini di proyeksikan dalam skala besar yang justru dimungkinkan akan menciptakan masalah-masalah serupa yang lebih besar dapada sebelumnya.
Oleh karena itu sudah semestinya ada Asosiasi yang berkaitan dengan perkelapa sawitan atau lembaga pemerhati sawit menjadi penengah sekaligus memberi kontribusi positif sebagai jalan keluar yang terbaik yang tentunya dapat menguntungkan semuanya.

Oleh; Syukron Maulana, Mahasiswa Fakultas Syariah / Hukum Ekonomi Islam 6 / Institut Studi Islam Darussalam Gontor Kampus Siman



Daftar pustaka
·       Supriatna Nana, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII,(Jakarta : Grafindo Media Pratama)
·       SupratnaJatna,  Melestarikan Alam Indonesia,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008)
·       M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008)
·       Drs. Kusnadi, M.A, Akar Kemiskinan Nelayan, (Yogyakarta, LKiS, 2008)
·       AdhuriDedy Supriadi, Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Terpadu (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004)
·       MendesChico, Berjuang Menyelamatkan Hutan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994)
·       Y. B. Widodo,Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia, (Jakarta :PT. Salemba, 1998)


[1] . koes plus, “Kolam Susu”.

[2] . Nana Supriatna, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII,(Jakarta : Grafindo Media Pratama) hal : 12

[3] . Mega Biodiversity :keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi

[4] . Jatna Supratna,  Melestarikan Alam Indonesia,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008) hal : 45.
[5] . M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008) hal : 327

[6] . www.Vivanews.com

[7] . Y. B. Widodo,Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia, (Jakarta :PT. Salemba,1998) hal : 87
[8] . Op cit, Hal : 93

[9] .Chico Mendes, Berjuang Menyelamatkan Hutan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994) hal : 31
[10] . Ibid.
[11] . Op cit, hal : 60
[12] .Dedy Supriadi adhuri, Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Terpadu (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004) hal : 231

[13] . Ibid.
[14] . Drs. Kusnadi, M.A, Akar Kemiskinan Nelayan, (Yogyakarta, LKiS, 2008) hal : 16

[15] .http://www.mediaperkebunan.net/polemik-perluasan-perkebunan-kelapa-sawit.