Bukan
lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman[1]
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman[1]
Lirik lagu Koes Plus diatas seakan
merepresentasikan cerminan betapa besarnya potensi kekayaan alam bangsa
indonesia.
Indonesia adalah sebuah negara
dengan kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000
km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga
wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan
keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia yang juga memiliki ekosistem
pesisir seperti mangrove, terumbu karang dan lain sebagainya.[2]
Indonesia disebut sebagai negara mega
biodiversity[3]karena
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Sejarah geologi dan topografi
Indonesia juga mendukung kekayaan dan kekhasan hayatinya. Misalnya, letak Indonesia
dalam lintasan distribusi keanegaragaman benua Asia, benua Australia dan
peralihan Wallacea, adanya variasi iklim bagian barat yang lembab dan bagian
timur yang kering sehingga mempengaruhi pembentukan ekosistem dan distribusi
binatang dan tumbuhan di dalamnya sehingga hal ini harus di lestarikan demi
terjaganya sumber kekayaan bumi yang tidak pernah ternilai ini. Tetapi berdasar
data Departemen Kehutanan pada tahun 2003, luas hutan Indonesia adalah 120,35
juta hektar dan yang mengalami kerusakan sudah mencapai 43 juta hektar.
Sedangkan data dari Badan Pangan Dunia (FAO) tahun 2006, hutan Indonesia hilang
1,87 juta hektar per tahun dan diprediksi hutan di Indonesia hanya tinggal 88
juta hektar sehingga pada tahun 2007 Indonesia mendapat `anugerah` sebagai
negara penghancur tercepat hutan oleh Guinnes World Record.[4]
Bangsa ini teramat kaya, bayangkan
saja setelah sekian lama Belanda menguasai dan menjarah hasil kekayaan bangsa
indonesia, di susul dengan Jepang kemudian saat ini “Penjajahan Modern” yang
dilakukan perusahaan negara-negara asing yang banyak mengeksplorasi dan
menguasai kekayaan Alam Indonesia.
Tetapi hebatnya kekayaan Bangsa kita
masih terlampau banyak untuk di”kuras” oleh para menir-menir tersebut,
tetapi ironisnya kekayaan bangsa ini
tidak seiring dengan kesejahteraan penduduknya yang mencapai 245 juta jiwa.
Kesejahteraan masyarakat yang
menjadi cita-cita luhur Bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang
Undang Dasar ‘45, agakya masih terlalu jauh dari harapan.[5] Ketika kita melihat
kondisi Indonesia saat ini yang dipenuhi dengan berbagai macam persoalan yang
notabene “masyarakat kecil” lah yang merasakan langsung dampak dari
persoalan-persoalan tersebut. seperti persoalan kemiskinan, sempitnya lapangan
pekerjaan, korupsi, krisis kepemimpinan, ekonomi, pendidikan, sosial, hukum,
bencana alam dan lain sebagainya.[6]
Pembahasan
A. Pemberdayaan Potensi Alam Yang Melimpah
Kelapa
Sawit[7]
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil
minyak nabati yang paling tinggi produktivitasnya. Di Indonesia perkebunan
kelapa sawit pertama kali dibuka tahun 1911 di Sumatera Utara.
Minyak sawit digunakan sebagai bahan
baku minyakmakan, margarin,sabun,kosmetika, industri
baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak
sawitdapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat
yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis
yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan
minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi
bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit
juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat.
Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, danlilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil
inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan
ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak
bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak
dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada
mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan
dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang
akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat
potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
Areal kelapa sawit Indonesia terus
meningkat, sehinga dewasa ini mencapai kurang lebih 3 juta hektar. Perkebunan kelapa
sawit sangat menarik bagi para investor, karena Indonesia mempunyai keunggulan
komparatif ketimbang negara-negara penghasil lain. Lahan dengan iklim yang
sesuai cukup tersedia. Demikian juga halnya dengan tenaga kerja.
Sekitar 3,7 juta jiwa penduduk Indonesia
menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit.perkebunan
kelapa sawit juga mempunyai peranan penting bagi pendapatan masyarakat dan juga
mendorong pengembangan wilayah, karena lebih dari 3,7 juta kepala keluarga
terserap dalam industri dan perkebunan kelapa sawit.[8]
Selama 2012 lalu,
negara memeroleh Rp28,3 triliun dari pajak ekspor atau bea keluar, hasil
perkebunan kelapa sawit, sehingga sangat mendukung industri dalam negeri. Namun
untuk pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit, Indonesia saat ini masih
kekurangan sekitar 80 juta batang bibit kelapa sawit. Meski dinilai sudah cukup
aman, kemampuan produksi bibit kelapa sawit unggul dalam negeri masih kurang.
Tahun 1864 untuk
pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu
masih jajahan belanda. Di tahun 1876 Kew Botanical Garden juga mengirimkan 18
buah biji karet ke pemerintahan kolonial India Belanda (sekarang Indonesia)
namun demikian hanya dua buah biji yang berhasil tetap segar selama
diperjalanan. Dua biji ini kemudian ditanam di Cultuurtuin Bogor sebagai
koleksi dan menjadi pohon karet tertua di Indonesia. Dari tanaman
koleksi, karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman
perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba
penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama
kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus
elastica atau karet rembung. Jenis karet Havea brasiliensis baru
ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906.
Pada awalnya, penanaman
Hevea di Indonesia kurang mendapat respon positif karena masyarakat telah lebih
dahulu mengenal pohon lokal yang juga menghasilkan getah yaitu Fiscus
elastica. Pohon berdaun lebar dan bersinar ini merupakan pohon favorit
masyarakat Belanda. Selain itu juga pemerintah Belanda lebih menyukai menanam
pohon karet jenis Manihot glaziovii yang tumbuh dengan baik di
propinsi dengan iklim kering di Brasil yaitu Ceara dan Castiloa elastica yang
aslinya berasal dari Mexico dengan anggapan bahwa pohon karet Hevea hanya mampu
tumbuh didaerah dengan kelembaban tinggi. Tahun 1889, Pemerintah Belanda
membuka perkebunan karet di daerah Pamanukan dan Ciasemlanden, Jawa Barat
dengan karet yang ditanam jenis Fiscus elastica. Perkebunan ini dianggap
sebagai perkebunan karet tertua di dunia. Hasil dari perkebunan kurang
memuaskan karena produktivitas lateks rendah dan tanaman mudah terserang hama
dan penyakit.
Pemerintah Belanda
terus mengadakan perbaikan, mereka mulai mencari daerah di Indonesia yang cocok
untuk ditanami karet jenis Hevea. Penamanan karet hevea komersial di Indonesia
diawali pada tahun 1902 di Sumatera dan dilanjutkan di Jawa pada tahun 1906.
Perkebunan karet rakyat di Indonesia
juga berkembang seiring dengan naiknya permintaan karet dunia dan kenaikkan harga.
Hal-hal lain yang ikut menunjang dibukanya perkebunan karet antara lain karena
pemeliharaan tanaman karet relatif mudah. Pada masa itu, penduduk umumnya
membudidayakan karet sambil menanam padi. Jika tanah yang diolah kurang subur,
mereka pindah mencari lahan baru. Namun, mereka tetap memantau pertumbuhan
karet yang telah ditanam secara berkala hingga dapat dipanen.[10]
Bagi Indonesia sendiri, tanaman karet
memberi pengaruh besar terhadap perekonomian baik dalam penyerapan tenaga kerja
maupun sumber devisa. Terbukti pada tahun 1958 uang kertas Rp.
100.00 tercantum gambar tanaman karet yang disadap.
Hal tersebut menunjukkan bahwa karet
memang sangat dihargai pada saat itu. Saat ini, meskipun relatif kurang
berkembang dibanding komoditi lain terutama kelapa sawit, karet tetap memberi
kontribusi signifikan dari sektor perkebunan.
Namun Krisis global
mengakibatkan kinerja sub sektor perkebunan di Sumatera Selatan terus melambat
sejak akhir 2008 hingga awal 2009. Hal itu terjadi karena petani komoditi karet
mengalami penurunan daya beli akibat pendapatan yang berkurang tajam.Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik yang diungkap dalam Diskusi Pertumbuhan Ekonomi
Sumsel 2008-2009 di Palembang, kinerja sektor pertanian saat ini menurun tajam
hingga minus 20,5 persen. Ketua Kelompok Tani Karet Desa Sembawa III ,
Banyuasin, mengatakan saat ini harga beli getah karet rakyat masih Rp
3.000-3.500 per kilogram. Harga jual serendah ini bertahan hampir empat bulan.
B. Management (Penjualan Yang Profesional
Kekayaan Alam)
Indonesia
memiliki manajemen sendiri dalam mengelola penjualan sumber daya alamnya,
dengan teknologi yang dimiliki otomatis ada sisi unggul dan ada sisi
kekurangannya dibandingkan dengan manajemen penjualan milik negara-negara lain.
Dalam perkebunan kelapa sawit dengan
beruntungnya letak strategis Negara Indonesia menyebabkan mutu minyak kelapa
sawit bervariatif.Sebagai komoditi yang bebas diperdagangkan di pasar
internasional, perdagangan minyak sawit Indonesia sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal yang berimplikasi pada
produksi dan perdagangan minyak sawit Indonesia. Ekspor minyak sawit Indonesia
umumnya ditujukan untuk pasar ekspor Eropa. Maka sedikit masalah pada minyak
sawit Indonesia akan mengancam kelangsungan ekspor minyak sawit . Disamping itu
adanya peluang - peluang yang ada karena masih banyaknya lahan potensial dan
strategi pemasaran yang tepat khususnya dalam menjual minyak kelapa sawit
merupakan masalah yang cukup dipecahkan dalam rangka mengembalikan kepercayaan
dunia terhadap mutu minyak sawit Indonesia serta rangka memenangkan persaingan
ekspor minyak sawit dan selain terhadap produsen minyak nabati lainnya yang
merupakan substistusi minyak sawit.[11]
Secara internal penjualan di Kantor
Pemasaran Bersama, menjelang awal tahun 2000 nilai penjualan dengan mekanisme
tender menciut drastis. Menurut pelaku pasar, diperkirakan karena adanya
penjualan langsung dari pihak produsen kepada procesor, tanpa mekanisme tender
. Mekanisme ini dikhawatirkan akan merusak mekanisme tender yang sedang
digalakkan. Disamping itu kondisi politik yang sedang tidak begitu
menguntungkan perekonomian menyebabkan para procesor lebih cenderung untuk
berhati-hati dalam melakukan pengadaan stok CPO. Namun pihak PTP yang diwakili
KPB tetap menyelengarakan tender karena cukup diakui akan mampu mendapatkan
harga terbaik.
Kantor Pemasaran Bersama KPB merupakan
suatu organisasi yang memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) di seluruh Indonesia. Minyak kelapa sawit atau
Crude Palm Oil, CPO, merupakan salah satu produk yang ditangani oleh KPB
khususnya Divisi Penjualan Kelapa Sawit. Mekanisme tender merupakan salah satu
metoda penjualan yang terdapat di Divisi Kelapa Sawit selain dari metoda -
metoda lainnya seperti free sale dan Long Term Contract.
Dalam bidang perkebunan karet lndonesia
menghadapi persaingan yang ketat dengan negara produsen lainnya namun ekspor
dari subsektor perkebunan setiap tahunnya meningkat. Salah satu yang merupakan
komoditi perkebunan yang dinilai cukup penting mampu mendukung bagi
perekonomian adalah karet alam yang diusahakan oleh beberapa PT.Perkebunan
Nusantara dan dipasarkan oleh Kantor Pemasaran Bersama. Beberapa industri
tertentu memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam,
misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa
jenis ban seperti radial, walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet
sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar yaitu dua kali
komponen karet sintetis. Pada saat ini harga karet di pasaran sangat didominasi
dan ditentukan oleh negara konsumen karet, sedangkan lndonesia sebagai negara
penghasil karet alam kedua setelah Thailand hingga saat ini masih belum dapat
menjadi negara penentu harga. Selain itu harga karet alam lndonesia di pasaran
rendah. Masalah lain yang sangat penting adalah persaingan pasar karet yang
semakin berat dimana persaingan bukan hanya terbatas pada persaingan antara
produsen karet alam tetapi juga produsen karet sintetis. Masalah-masalah diatas
merupakan tantangan bagi industri karet alam lndonesia khususnya bagi PT.
Perkebunan Nusantara yang. merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
perkebunan melalui Kantor Pemasaran Bersama untuk dapat bersaing melalui strategi
pemasaran yang tepat dengan tujuan akhir mendapatkan devisa bagi negara.[12]
Berdasarkan
hasil analisis bisnis matriks BCG, maka diketahui bahwa bisnis karet alam di
KPB dalam kondisi question mark. Artinya menunjukkan bahwa bisnis karet alam
perusahaan beroperasi pada pasar yang pertumbuhannya tinggi, namun pangsa
pasamya relatif rendah. Sehingga, strategi yang sebaiknya diintegrasikan adalah
strategi pengembangan pangsa pasar, karena pengembangan bisnis karet alam akan
diarahkan menuju posisi star yang mana karet alam di KPB menjadi market leader
di indutrinya. Strategi bauran pemasaran yang dihasilkan dari keempat
alternatif strategi tersebut adalah:a. Strategi produk; berusaha meningkatkan
pengawasan akan kualitas karet alam, meningkatkan inovasi dan diferensiasi
produk yang selama ini jarang mengalami perubahan oleh teknologi.b. Strategi
harga; melakukan penyesuaian harga yang bersaing tanpa tergantung dengan
kebijakan pemerintah dan birokrasi.c. Strategi distribusi; dengan memperluas
jalur distribusi dipasar ekspor, terutama negara yang dapat menjadi peluang
pasar yang besar. d. Strategi promosi; Strategi promosi yang dilakukan meliputi
penanaman branch image terhadap konsumen mengenai kualitas produk yang
terbaik serta keunggulan yang hanya dimiliki oleh PTPN.[13]
C. Lahan Yang Digunakan Dan Penerapan
Teknologi Pangan
Sudah selayaknya kita mengetahui dengan
kasat mata akan betapa kaya dan luasnya lahan yang digunakan untuk mengelola
sumber daya alam Indonesia. Namun apa yang kita rasakan saat ini tidak sesuai
dengan kondisi yang ada, menurut data badan statistik Indonesia bahwa angka
kemiskinan akan terus meningkat, ibarat pepatah mengatakan : “ayam mati di
lumbung padi”.
Dan kita harus menyadari, bahwa kejayaan Bangsa ini kuncinya berada di laut.
Bung Karno pernah mengatakan bahwa integral dengan Revolusi Indonesia adalah
mengupayakan agar tanah dikuasai dan dimiliki oleh mereka yang benar-benar
menggarapnya, mereka yang benar-benar menggantungkan hidup sepenuhnya pada
tanah itu. Kaum tanilah yang dimaksud oleh Bung Karno, maka ia menyerukan:
“Tanah untuk Tani!” Jika ini diterapkan pada konteks kebaharian, maka seruan
tadi bolehlah kiranya dimodifikasi menjadi ‘Ikan untuk Nelayan.’[14]
Untuk lahan yang
digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada awalnya berjalan
secara lancar dan tertib, akan tetapi setelah berjalannya waktu dan para
pengusaha kelapa sawit mengetahui akan menjanjikannya bisnis ini maka timbullah
hal – hal kontroversial dalam perluasan lahan perkebunan kelapa sawit.Namun beberapa
kelompok organisasi masyarakat sipil Indonesia yang mengingatkan bahwa dengan
perluasan komoditas kelapa sawit tersebut akan semakin memiskinkan
komunitas-komunitas setempat dan merusak lebih banyak hutan dan tentunya
merusak lingkungan. Walaupun ada kerusakan hutan yang di akibatkan oleh
masyarakat.
Kontroversi tentang perluasan lahan
kelapa sawit tersebut terus menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Dan
sikap pemerintah yang tetap berkeinginan mempertahankan perluasan perkebunan
kelapa sawit dengan berbagai alasan yang diantaranya kelapa sawit dinilai
sebagai sumber devisa Negara yang penting dan berkontribusi tinggi terhadap
eksport non migas.
Keinginan pemerintah ini dipertegas
dengan mengaitkan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan Program
Revitalisasi Perkebunan terutama di kawasan perbatasan dengan alasan
keamanan,mengatasi Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri,mengurangi
kemiskinan,pembangunan daerah dan upaya menghentikan penebangan ilegal dan
penyelundupan kayu.sehingga terlihat seolah-olah kebijakan
pemerintah tersebut terlihat berpihak kepada kepentingan-kepentingan perusahaan
besar/asing. Padahal dalam UU 18 tahun 2004 Tentang Perkebunan dalam pasal 22
tentang Kemitraan sudah jelas dinyatakan bahwa setiap Perusahaan menjalin kerjasama
Kemitraan dengan masyarakat sekitarnya.[15]
Akibat negatif yang terjadi dapat berupa
konflik atas tanah yang menentang pembelian lahan, mengingkari atas
hak-hak, menghilangkan atas mata pencaharian masyarakat asli, pembabatan hutan,
kebakaran hutan, polusi. Kekwatiran tersebut cukup beralasan apalagi perluasan
perkebunan kelapa sawit ini di proyeksikan dalam skala besar yang justru
dimungkinkan akan menciptakan masalah-masalah serupa yang lebih besar dapada
sebelumnya.
Oleh karena itu sudah semestinya ada
Asosiasi yang berkaitan dengan perkelapa sawitan atau lembaga pemerhati sawit
menjadi penengah sekaligus memberi kontribusi positif sebagai jalan keluar yang
terbaik yang tentunya dapat menguntungkan semuanya.
Oleh; Syukron Maulana, Mahasiswa Fakultas Syariah / Hukum Ekonomi Islam 6 / Institut Studi Islam Darussalam Gontor Kampus Siman
Daftar pustaka
·
Supriatna
Nana, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII,(Jakarta : Grafindo Media
Pratama)
·
SupratnaJatna,
Melestarikan Alam Indonesia,(Jakarta
: Yayasan Obor Indonesia, 2008)
·
M.C.Ricklefs,
Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008)
·
Drs.
Kusnadi, M.A, Akar Kemiskinan Nelayan, (Yogyakarta, LKiS, 2008)
·
AdhuriDedy
Supriadi, Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Terpadu (Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004)
·
MendesChico,
Berjuang Menyelamatkan Hutan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994)
·
Y. B. Widodo,Pengembangan
Kelapa Sawit di Indonesia, (Jakarta :PT. Salemba, 1998)
[1] . koes plus, “Kolam
Susu”.
[2] . Nana Supriatna,
Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII,(Jakarta : Grafindo Media
Pratama) hal : 12
[3] . Mega Biodiversity :keanekaragaman
mahluk hidup yang tinggi
[4] . Jatna Supratna, Melestarikan Alam Indonesia,(Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2008) hal : 45.
[5] . M.C.Ricklefs, Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008) hal : 327
[6] . www.Vivanews.com
[9] .Chico Mendes, Berjuang
Menyelamatkan Hutan, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994) hal : 31
[10] . Ibid.
[12] .Dedy Supriadi
adhuri, Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Terpadu (Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004) hal : 231
[13] . Ibid.
[14] . Drs. Kusnadi, M.A, Akar
Kemiskinan Nelayan, (Yogyakarta, LKiS, 2008) hal : 16
[15] .http://www.mediaperkebunan.net/polemik-perluasan-perkebunan-kelapa-sawit.